Kamis, 24 Februari 2011

FMEA VS FTA : 2 Senjata Ampuh Pencegahan Masalah Mutu

Sudah jamak jika semua pabrik hanya menjual produk yang bagus saja ke pasar. Sudah jamak bahwa jaminan mutu diperlukan dalam menjaga kredibilitas brand di mata pelanggan dan calon pelanggan. Nah sayangnya masih banyak yang beranggapan jaminan mutu cukup dilakukan dengan mengecek atau menginspeksi produk-produk jadi yang siap dipasarkan.
            Persoalan muncul disini! Ketika produk siap dikirimkan ke pasar, sudah dinaikkan didalam kontainer, ternyata ada masalah mutu pada produk itu. Sehingga produk, mau-tak-mau, suka-tak-suka harus dibongkar untuk memastikan ulang produk tersebut benar-benar bebas dari masalah mutu. Adakah yang peduli dan menghitung berapa biaya kerugian rework itu? Biaya pemesanan kontainer, biaya tenaga kerja, biaya material tambahan dan sebagainya demi memastikan dan memperbaiki masalah mutu.
”Itu PEMBOROSAN!” kata para pakar lean production. Temukan masalah secepat mungkin sebelum masalah itu sendiri terjadi. Dengan demikian maka biaya yang tidak perlu dikeluarkan bisa dihemat untuk meningkatkan margin keuntugan bagi perusahaan.
Disinilah peran FMEA dan FTA. FMEA singkatan dari Failure Mode and Effect Analysis yaitu Metode Analisa Model Kerusakan dan Pengaruhnya terhadap produk. FTA singkatan dari Fault Tree Analysis yaitu Metode Analisa dengan Pohon Kesalahan.
FMEA dan FTA sama-sama mempunyai tujuan untuk mencegah terjadinya masalah. Bedanya adalah tata cara melakukan analisa.
Pada FMEA karena tidak tahu apa yang akan terjadi ketika sedang melakukan proses, maka sejak awal diprediksi apa kemungkinan masalah yang akan terjadi. Jika akan merakit part, ”apa ya yang kira-kira akan menimbulkan masalah?”, ”bagaimana ya caranya agar masalah itu tidak timbul?” ”kalau saya lakukan dengan cara ini, pasti masalah itu tidak akan terjadi.” dan seterusnya. Karena itu analisanya dimulai dari bawah, dari komponenèproduk setengah jadièproduk jadi.
Sedangkan pada FTA, kebalikannya, karena sudah tahu apa yang telah terjadi maka akan ada ”supaya tidak seperti ini saya harus bagaimana ya?”,  ”kalau masalahnya ini, kenapa yang kok bisa terjadi?” ”apa ya yang harus saya perbaiki agar tidak terulang lagi?”. Urutan analisanya dari masalah, ke penyebab masalah lalu ke akar masalah, atau dari atas ke bawah dan seterusnya.



Penyebab Asal
 

Pada FMEA : Tidak tahu apa yang akan terjadi, lalu memprediksi kemungkinan masalah dan melakukan tindakan pencegahan.
Pada FTA : Sudah tahu apa yang tidak boleh terjadi (pernah terjadi), lalu mencari tahu akar masalah utamanya, kemudian membuang akar masalah tersebut untuk mencegah masalah terulang kembali.

Dibawah ini adalah contoh FMEA Desain menurut QS9000. Pada FMEA dikenal istilah RPN (Risk Priority Number) yaitu nilai evaluasi untuk menentukan apa masalah terbesar yang mungkin terjadi. Evaluasi dilakukan dengan melakukan perkalian nilai dari Efek x Frekwensi x Deteksi. Semakin besar efek yang mempengaruhi produk maka semakin besar nilai efek. Semakin besar frekwensi kemungkinan masalah terjadi semakin besar nilai frekwensi. Semakin besar masalah ditemukan dalam proses inspeksi maka semakin kecil nilai deteksi, sebab masalah akan semakin kecil mengalir ke proses berikutnya.

Dibawah ini adalah contoh dari FTA mesin pemotong rumput yang mengalami masalah mesin tidak bisa bergerak. Dengan melihat diagram pohon kerusakan ini, kita bisa tahu masalah dimana asalnya dan apa pengaruh yang akan terjadi dan berapa % kemungkinan terjadinya.

AWAS JEBAKAN!
Ingat FMEA dan FTA hanyalah alat untuk mencegah masalah mutu. Alat atau senjata ini akan ampuh jika digunakan dengan benar, tapi bisa melukai diri sendiri jika salah menggunakannya. Kedua metode analisa ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam penerapannya, jadi jangan sia-siakan dengan hasil diagram JADI. Yang terpenting adalah diagram itu digunakan dan selalu direvisi jika ada perubahan dalam aktifitas produksi sehari-hari.

Sidik Purnomo Hadi.

Kamis, 10 Februari 2011

3 Tidak Untuk Membangun Mutu dalam Proses

Seperti Anda yang ingin membangun rumah, Anda sudah harus memikirkan bentuk rumah, bahan baku, warna dinding sebelum rumah tersebut dibangun.
Begitu juga dengan mutu produk, mutu sudah direncanakan saat mendesain produk, dan diwujudkan saat membuat produk, bukan setelah produk selesai dikerjakan.
          Terkait dengan hal itu maka akan ada pertanyaan mendasar, dimana posisi inspeksi didalam produksi? Inspeksi adalah suatu aktifitas untuk mencegah kerugian yang lebih besar terjadi ketika masalah mutu timbul. Tapi inspeksi tidak bisa mencegah terjadinya masalah agar tidak timbul.
          Toyota tegas-tegas menyebutkan bawah inspeksi adalah pemborosan. Suatu material yang baik jika diproses dengan cara yang baik maka hasilnyapun akan baik. Itu artinya tidak perlu kegiatan inspeksi. Ini seperti paradok, bertentangan dengan kenyataan.
          Inspeksi memang tidak diperlukan, tidak ada artinya jika dilakukan setelah proses selesai. Inspeksi ini hanya mencegah kerugian yang lebih besar tidak timbul. Inspeksi yang baik ada didalam proses itu sendiri. Inspeksi bukanlah pekerjaan inspector tapi pekerjaan operator.
Inspeksi adalah kegiatan yang menyatu dengan proses produksi. YAITU (T3) :
1.    Tidak menerima produk NG
2.    Tidak membuat produk NG
3.    Tidak mengalirkan produk NG.
Konsep yang sederhana untuk mencegah masalah tanpa perlu menambahkan pemborosan didalamnya.

Rabu, 09 Februari 2011

8 Kunci Sukses Penerapan TQM di Jepang

Nobuo Ikebe Sensei…presiden direktur Quality Management Institute Inc. yang sudah puluhan tahun membimbing quality manajemen perusahaan-perusahaan besar jepang seperti Toyota, Honda, Nissan, Isuzu, Mitsubishi, Kirin dan sebagainya mengungkapkan 10 kunci Sukses penerapan TQM (total quality management) di Jepang. Sebelum menjadi konsultan perusahan-perusahaan besar, beliau adalah dosen di Universitas Tokyo pada bidang Quality Control. 8 Kunci sukses penerapan TQM itu adalah pada pola pikir QC yang didasari dengan pola pikir dari budaya jepang yang tidak ingin merepotkan orang lain.
Ikebe Sensei menceritakan tentang beda budaya kerja orang jepang, orang amerika dan orang china. Beliau mengatakan begini…orang amerika bertindak pada tataran “about” – kira-kira, jadi tidak ada ukuran yang pasti dalam menentukan spesifikasi – kira-kira OK..maka dibuatlah sehingga asal kira-kira pelanggan mau…tidak jadi masalah. Ini pemikiran yang salah. Untuk produksi harus ada ukuran yang pasti, sehingga mutu akan pasti pula. 15 tahun yang lalu setelah melakukan riset di The Big Three beliau menulis artikel yang mengatakan bahwa suatu saat General Motor akan runtuh…dan benar adanya –  sekarang hal itu terjadi. Orang China bekerja di suatu perusahaan untuk biaya hidupnya…mereka bekerja sesuai dengan job descriptionnya saja, tidak pernah berpikir lebih…urusan pelanggan bukan urusannya, urusan mereka adalah bekerja dan dibayar. Sebaliknya orang jepang berpikir tentang pelanggan…tanpa ada pelanggan perusahaan tidak dapatkan untung, yang berarti itu sama dengan tidak ada uang untuk gaji mereka…dengan begitu orang jepang sangat memperhatikan mutu produk agar mereka juga bisa mendapatkan gaji yang lebih baik karena perusahaan sudah menangguk keuntungan.
8 pola pikir orang jepang terhadap mutu itu adalah sebagai berikut:
1. Mutu No. 1.   Mutu menjadi prioritas utama. tanpa mutu tidak ada pembeli. Tanpa pembeli perusahaan tidak akan untung. Tanpa keuntungan perusahaan akan bangkrut, sehingga mutu harus menjadi perhatian yang utama.
2. Siklus manajemen (PDCA, SDCA).  Plan-Do-Check-Action digunakan sebagai sarana peningkatan mutu produk. Dengan memutar siklus PDCA maka akan banyak sekali kaizen yang bisa dihasilkan. Dan ketika mutu sudah dicapai pada taraf tertentu, maka dilakukanlah suatu sistem standardisasi agar tidak terjadi kemunduran dengan siklus Standard-Do-Check-Action.
3. Manajemen berdasarkan fakta.   Manajemen harus menggunakan fakta atau data yang riil, bukan atas dasar kira-kira atau opini semata.
4. Manajemen proses.    Mutu dibuat didalam proses, maka harus ada manajemen proses. mutu tidak dibuat dengan inspeksi, mutu dibuat ketika produk sedang dibuat. proses yang baik akan mengasilkan barang baik – proses yang buruk akan menghasilkan produk yang buruk.
5. orientasi pada market in.   market-in mempertimbangkan mutu atas permintaan pasar. Apa yang pasar mau saja yang dipenuhi, dengan jumlah produk sedikit dalam jumlah variasi produk yang banyak.
6. Orientasi pada prioritas.   Menyadari bahwa ada banyak masalah, dan masalah utama saja yang fokus untuk dilakukan perbaikan. Dengan berorientasi pada prioritas maka segala tindakan perbaikan akan lebih bermanfaat dan tepat sasaran.
7. Proses berikutnya adalah  pelanggan.   orang jepang sangat pantang membuat pelanggan kecewa, mereka tidak ingin merepotkan orang lain. Dengan menanamkan pola pikir bahwa proses berikutnya adalah pelanggan kita, maka dengan demikian akan sangat menyesal dan memalukan jika ada masalah yang mengalir ke proses setelah kita. karena itu didalam setiap proses ada 3 kegiatan utama yaitu cek sebelum proses – proses – cek setelah proses. Dengan 3 tahap ini maka sebenarnya akan ada banyak proses inspeksi yang double antara proses, sehingga mutu bisa segera diketahui jika ada masalah.’
8. Standardisasi.   Standardisasi digunakan untuk upaya mencegah kemunduran level mutu. Standardisasi akhirnya dijadikan budaya baru bagi orang Jepang agar mutu benar-benar bisa dijaga, meskipun dahulu orang Jepang lebih banyak yang menutup diri –  kuatir rahasia sukses mereka ditiru perusahaan lain.
Demikian 8 kunci sukses penerapan TQM di Jepang dilihat dari sudut pandang pola pikir. Selain itu mereka juga menggunakan tools-tools QC. Umumnya mereka menggunakan QC 7 tools, New QC 7 tools, QC story dan Metode pola (pola penyelesaian masalah dan pola pencapaian kondisi ideal). Dan yang terakhir adalah penjaminan mutu (QA) dan ini adalah inti dari manajemen mutu (TQM).
Diambil dari blog www.sidikpurnomohadi.com 

Quapro Institute Telah Berdiri

Salam hangat,


Rasanya baru kemarin kita bersama-sama menyelusuri Taman UENO, menyusuri Akihabara dari satu toko ke toko lainnya, lalu mampir ke Tokyo Tower. Rupanya sudah berbulan-bulan berjalan.


Sibuk semuakah sahabat-sahabat ?
Makin majukah dan makin mudahkah dalam pekerjaan sehari-hari?




Sejenak, beberapa jam, beberapa orang dari Pak Ahmad Fauzi, Pak Tulus lalu saya sendiri Sidik, ngobrol ngalor-ngidul terus menyimpulkan sendiri, berusaha mengatasnamakan kelompok, yuk..kita terus jaga silaturahmi-saling berbagi dan membangun jaringan kerjasama dalam hal quality dan productivity.


Karena itu saya usulkan media aktualisasi bersama ini disebut Quapro Institute (quality and productivity Institute).


Semua berhak memberikan masukan, komentar, artikel, dana dan sebagainya. Sementara ini saya dan Pak Achmad Fauzi yang akan mengurusi blog ini. Silahkan hubungi kami untuk menyumbang artikel.


22 Member pertama Quapro Institute:
     
1. Rakimun (PT Rinnai Indonesia-Tangerang), 
2. Baharudin Siregar (PDAM Tirtanadi-Medan),
3. Heri Batangari Nasution (PDAM Tirtanadi-Medan), 
4. Ade Dilla Yuliansyah (PT Asian Isuzu Casting Center-Kawarang)
5. Dede Hidayat (PT Asian Nasmoco Industri-Bekasi)
6. Andy Octaviano Kusniarko (PT Aneka Bumi Pratama-Jambi)
7. Edy Sutikno (PT Aneka Tuna Indonesia-Pasuruan)
8. Fauzi Usman (PT Horiguchi Engineering Indonesia-Karawang)
9. Ahmad Fauzi (PT JVC Electronics Indonesia)
10. Fauzi Aditaruno (PT Krama Yuda Tiga Berlian Motors-Jakarta)
11. Marius Franciscus Egidius (PT Krama Yuda Tiga Berlian Motors-Jakarta)
12. Fogot Endro Wibowo (PT Nipress Tbk-Bogor)
13. Maria Magdalena Melani (PT Pakarti Riken Indonesia-Sidoarjo)
14. Sutaji (PT Pakarti Riken Indonesia-Sidoarjo)
15. Arief Rahman (PT Sakai Indonesia-Bekasi)
16. Erizal Bin Kamaludin (PT Sakai Indonesia-Bekasi)
17. Ahmad Gunawan (PT Sanken Indonesia-Bekasi)
18. Agus Yanto (PT Sharp Electronics Indonesia-Bekasi)
19. Tulus Prihanto (PT Sharp Electronics Indonesia-Bekasi)
20. Kartiyono Agustiyadi (PT Yamaha Music Manufacturing Asia-Bekasi)
21. Sidik Purnomo Hadi (PT Yamaha Music Manufacturing Asia-Bekasi)
22. Pradika Ulianto  (PT Kaltim Parna Industri-Bontang)


Keanggotaan Quapro terbuka:
1. Bagi alumni AOTS IDQC angkatan berapa saja
2. Bagi alumni AOTS bidang apa saja, asal tertarik belajar Quality & Productivity
3. Bagi siapapun orang Indonesia yang ingin berkarya.




Wassalam.
Admin: Sidik Purnomo Hadi